Kalender Jawa

MingguSeninSelasaRabuKamisJumatSabtu
1
Pon
3/11/1446
Dzulqaidah
2
Wage
4/11/1446
Dzulqaidah
3
Kliwon
5/11/1446
Dzulqaidah
4
Legi
6/11/1446
Dzulqaidah
5
Pahing
7/11/1446
Dzulqaidah
6
Pon
8/11/1446
Dzulqaidah
7
Wage
9/11/1446
Dzulqaidah
8
Kliwon
10/11/1446
Dzulqaidah
9
Legi
11/11/1446
Dzulqaidah
10
Pahing
12/11/1446
Dzulqaidah
11
Pon
13/11/1446
Dzulqaidah
12
Wage
14/11/1446
Dzulqaidah
13
Kliwon
15/11/1446
Dzulqaidah
14
Legi
16/11/1446
Dzulqaidah
15
Pahing
17/11/1446
Dzulqaidah
16
Pon
18/11/1446
Dzulqaidah
17
Wage
19/11/1446
Dzulqaidah
18
Kliwon
20/11/1446
Dzulqaidah
19
Legi
21/11/1446
Dzulqaidah
20
Pahing
22/11/1446
Dzulqaidah
21
Pon
23/11/1446
Dzulqaidah
22
Wage
24/11/1446
Dzulqaidah
23
Kliwon
25/11/1446
Dzulqaidah
24
Legi
26/11/1446
Dzulqaidah
25
Pahing
27/11/1446
Dzulqaidah
26
Pon
28/11/1446
Dzulqaidah
27
Wage
29/11/1446
Dzulqaidah
28
Kliwon
30/11/1446
Dzulqaidah
29
Legi
1/12/1446
Dzulhijjah
30
Pahing
2/12/1446
Dzulhijjah
31
Pon
3/12/1446
Dzulhijjah

Hari Libur & Perayaan Bulan Ini

  • 01 May 2025: Hari Buruh Internasional / Pekerja (Hari libur nasional)
  • 12 May 2025: Hari Raya Waisak (Hari libur nasional)
  • 13 May 2025: Cuti Bersama Waisak (Hari libur nasional)
  • 29 May 2025: Kenaikan Isa Al Masih (Hari libur nasional)
  • 30 May 2025: Cuti Bersama Kenaikan Isa Al Masih (Hari libur nasional)

Kalender Jawa

Apa Itu Kalender Jawa ?
Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama dalam tradisi budaya dan keagamaan. Kalender ini merupakan perpaduan antara sistem penanggalan Islam (Hijriyah), Hindu (Saka), dan Gregorian (Masehi) yang diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1633 M.

Sejarah dan Perkembangan Kalender Jawa
Kalender Jawa mulai digunakan secara resmi oleh Kesultanan Mataram pada tahun 1633 M sebagai upaya Sultan Agung untuk menyatukan masyarakatnya yang memiliki pengaruh Hindu-Buddha dan Islam. Sebelumnya, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India. Dengan mengadopsi sistem kalender Hijriyah dan menggabungkannya dengan unsur lokal, Sultan Agung menciptakan sistem baru yang masih digunakan hingga sekarang.



Kalender Jawa memiliki sistem perhitungan waktu yang unik, terdiri dari beberapa unsur utama:

1. Siklus Pekan

Kalender Jawa memiliki dua siklus pekan:
Pekan Pancawara (5 hari) terdiri dari: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Pekan Saptawara (7 hari) mengikuti hari Masehi: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.

2. Siklus Bulanan

Kalender Jawa memiliki 12 bulan dalam setahun, dengan penyesuaian terhadap sistem Hijriyah:
1. Sura (Muharram)
2. Sapar (Safar)
3. Mulud (Rabiul Awal)
4. Bakda Mulud (Rabiul Akhir)
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rejeb
8. Ruwah (Sya’ban)
9. Pasa (Ramadhan)
10. Syawal
11. Dulkaidah
12. Besar (Dzulhijjah)

3. Siklus Windu

Kalender Jawa juga memiliki siklus delapan tahun yang disebut Windu, terdiri dari tahun Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir.


Fungsi dan Penggunaan Kalender Jawa

Kalender Jawa masih digunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, terutama dalam:

  • Menentukan hari baik dan buruk berdasarkan perhitungan neptu (jumlah nilai hari dan pasaran).
  • Menentukan tanggal perayaan adat dan keagamaan, seperti Sekaten, Grebeg Maulud, dan Ruwatan.
  • Menentukan tanggal weton (hari lahir) dalam tradisi Jawa untuk acara pernikahan, kelahiran, dan kematian.
  • Penanggalan pertanian dan musim bagi petani Jawa.

Cara Menggunakan Kalender Jawa
Untuk menggunakan kalender Jawa, seseorang dapat mencocokkan tanggal Masehi dengan sistem penanggalan Jawa menggunakan konverter atau tabel kalender Jawa. Banyak aplikasi digital saat ini juga menyediakan fitur konversi otomatis untuk mempermudah pengguna.

Kesimpulan
Kalender Jawa adalah warisan budaya yang masih dipertahankan hingga saat ini. Dengan sistem penanggalan yang unik dan memiliki nilai historis tinggi, kalender ini tetap relevan dalam kehidupan masyarakat Jawa, terutama dalam tradisi adat dan spiritual. Memahami kalender Jawa membantu menjaga warisan leluhur dan memperkaya pengetahuan tentang budaya Nusantara.